Selasa, 10 Juni 2014

Hujan Ini



(emboeng arishinta poetra)
Hujan Ini

Deras sekali hujan turun di tanahku
seperti beriak air menusuk pori-pori ladang hatiku
sepercik tampias hujan merambah pada jendela
di batas sepi dan kerinduan

Singaraja, tempatku menyepuh sepi pada keberadaanmu
mengalirkan seadanya hujan
yang juga menyisakan cinta
menyisakan janji dan setia

Hujan hari ini
air matamu luruh dalam dekapan
ini kota kita, seianya kau sadar
hujan menyanyikan perpisahan

Suatu hari ku temukan sepotong hatimu
di antara hujan kotaku
di rumah teduh kita berdiam
semungkin saja matamu mengadu rindu dengan mataku
adalah kita saling berkata, cinta


--------------------------------------------------------------------------
DITERBITKAN DALAM BUKU ANTOLOGI PUISI
''SINGA AMBARA RAJA DAN BURUNG-BURUNG UTARA''
SINGARAJA

Di Telaga Wihara, Banjar



(emboeng arishinta poetra)
Di Telaga Wihara, Banjar

Cobalah kau datang
Pada telaga di tepi rumah sunyi itu
Ku tanamkan untukmu teratai
yang mengambang pada air
Yang melihatkan wajahmu

Bunga teratai merekah mekar
Menjamahkan cinta pada rerumpun daun-daun
Berayun memamah bunga merah teratai
Yang mengerti cinta menyamakan diri pada riak
Dan gelombang air telaga

Senja itu kita serupa pada dedaunan
Kepasrahan mendakwa perih gesekan udara
Kita diam dan menatap mata
Daun itu menjauh diterbangkan gelisahnya
Setibanya pada tanah yang tandus
Ku tanam mendung agar hujan menghidupi sedihnya sendiri
Dan kau akhirnya tetap bersamaku

--------------------------------------------------------------------------
DITERBITKAN DALAM BUKU ANTOLOGI PUISI
''SINGA AMBARA RAJA DAN BURUNG-BURUNG UTARA''
SINGARAJA
 

Setitik Hujan Kota Denpasar



(emboeng arishinta poetra)
            Setitik Hujan Kota Denpasar

Baru saja aku usaikan secuil mimpi
dari bilik tanpa alas, tanpa apapun
yang sederhana di penepi keterbuaian
ku balikkan selimut yang memelukku
lebih bernafsu dari cinta

Terjaga di bagian kota, Denpasar
Tak ku kira hujan lebih lembut
menyapaku dari jendela yang terbuka
karena pagi yang resah
tak harus aku menyerah karena pasrah

Hujan bertuah tentang kesejukan
mengajarkanku kesetiaan
selayaknya hujan harus tiba
menyerahkan diri pada tanah-tanah kering
yang retak karena merindu


--------------------------------------------------------------------
MASUK DALAM 25 NASKAH PUISI TERBAIK DALAM LOMBA MENULIS PUISI SEBALI
YANG DIADAKAN  JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA,
DITERBITKAN DALAM ANTOLOGI PUISI ''GINANTHI TANAH BALI'

sekisah merah



sekisah merah
-kepada matahari, dari ratih-


kapan lagi kau bilang merah
merah sang ratih
pengempu lugu

merah
katamu merah menoreh padam
menjelma merah di malam-malam

aku bukan psikopat
merah aku
dengan merah-merah yang semu
pada sengat ratu siang



(emboeng arishinta poetra)


------------------------------------------------------------------------------------------------

MASUK DALAM 35 NASKAH PUISI TERBAIK DALAM LOMBA YANG DIADAKAN  
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA,
 DITERBITKAN DALAM ANTOLOGI PUISI ''SENYUM KOPI''


-sekisah hujan-

-sekisah hujan-
buat pemilik nama RINA


merona murung langit pagi
bilur angin dari timur
memamah batas rindu di pertengah minggu

sekaca-sekaca kecil, lembut
mencurahkan kristal-kristal langit yang basah
lowong menari di pelataran
aspal mengasapkan hangat
dan roda-roda enggan mengganggu

entah sedih dan suka
dalam reka ku tulis tentang air yang jatuh
setelah ini
mengalir akan menjamah satu lorong yang sama

dari daun yang basah
kan ku lukis gambar langit yang sedang buram



(emboeng arishinta poetra)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MASUK DALAM 35 NASKAH PUISI TERBAIK DALAM LOMBA YANG DIADAKAN  
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA,
 DITERBITKAN DALAM ANTOLOGI PUISI ''SENYUM KOPI''
dan DIMUAT DALAM RUBRIK APRESIASI BALI POST MINGGU 12 OKTOBER 2014